Photobucket
English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Kisah Yu Timah




Ini kisah tentang Yu Timah. Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah seorang penerima program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir. Empat kali menerima SLT selama satu tahun jumlah uang yang diterima Yu Timah dari pemerintah sebesar Rp 1,2 juta. Yu Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan milik sendiri. Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan kurus dan tidak menikah.

Barangkali karena kondisi tubuhnya yang kurus, sangat miskin, ditambah yatim sejak kecil, maka Yu Timah tidak menarik lelaki manapun. Jadilah Yu Timah perawan tua hingga kini. Dia sebatang kara. Dulu setelah remaja Yu Timah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Namun, seiring usianya yang terus meningkat, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran pembantu rumah tangga. Dia kembali ke kampung kami. Para tetangga bergotong royong membuatkan gubuk buat Yu Timah bersama emaknya yang sudah sangat renta. Gubuk itu didirikan di atas tanah tetangga yang bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.


Meski hidupnya sangat miskin, Yu Timah ingin mandiri. Maka ia berjualan nasi bungkus. Pembeli tetapnya adalah para santri yang sedang mondok di pesantren kampung kami. Tentu hasilnya tak seberapa. Tapi Yu Timah bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup bertahun-tahun bersama emaknya.

Setelah emaknya meninggal Yu Timah mengasuh seorang kemenakan. Dia biayai anak itu hingga tamat SD. Tapi ini zaman apa. Anak itu harus cari makan. Maka dia tersedot arus perdagangan pembantu rumah tangga dan lagi-lagi terdampar di Jakarta. Sudah empat tahun terakhir ini Yu Timah kembali hidup sebatang kara dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan nasi bungkus. Untung di kampung kami ada pesantren kecil. Para santrinya adalah anak-anak petani yang biasa makan nasi seperti yang dijual Yu Timah.

Kemarin Yu Timah datang ke rumah saya. Saya sudah mengira pasti dia mau bicara soal tabungan. Inilah hebatnya. Semiskin itu Yu Timah masih bisa menabung di bank perkreditan rakyat syariah di mana saya ikut jadi pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau datang ke kantor. Katanya, malu sebab dia orang miskin dan buta huruf. Dia menabung Rp 5.000 atau Rp 10 ribu setiap bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa setor tabungan hingga Rp 250 ribu. Dan sejak itu saya melihat Yu Timah memakai cincin emas. Yah, emas. Untuk orang seperti Yu Timah, setitik emas di jari adalah persoalan mengangkat harga diri. Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.

Yu Timah biasa duduk menjauh bila berhadapan dengan saya. Malah maunya bersimpuh di lantai, namun selalu saya cegah.

”Pak, saya mau mengambil tabungan,” kata Yu Timah dengan suaranya yang kecil.

”O, tentu bisa. Tapi ini hari Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah tutup. Bagaimana bila Senin?”

”Senin juga tidak apa-apa. Saya tidak tergesa.”

”Mau ambil berapa?” tanya saya.

”Enam ratus ribu, Pak.”

”Kok banyak sekali. Untuk apa, Yu?”

Yu Timah tidak segera menjawab. Menunduk, sambil tersenyum malu-malu.

”Saya mau beli kambing kurban, Pak. Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk beli satu kambing.”


Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-katanya karena saya masih diam. Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu Timah mengira saya tidak akan memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam karena sangat terkesan oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.

”Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli kambing kurban?”

”Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama Ini memang saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.”

”Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank kita.”

Wajah Yu Timah benderang. Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta diri, dan dengan langkah-langkah panjang Yu Timah pulang.

Setelah Yu Timah pergi, saya termangu sendiri. Kapankah Yu Timah mendengar, mengerti, menghayati, lalu menginternalisasi ajaran kurban yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim? Mengapa orang yang sangat awam itu bisa punya keikhlasan demikian tinggi sehingga rela mengurbankan hampir seluruh hartanya? Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji yang biayanya mahal itu tidak mengubah watak orangnya.

Mungkin saya juga begitu. Ah, Yu Timah, saya jadi malu. Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji, namun kamu sudah jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak kaubelikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus. Uangmu malah kamu belikan kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing, tapi kali ini akan saya langgar. Saya ingin menikmati daging kambingmu yang sepertinya sudah berbau surga. Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik haji.

Lebih Baik memberi Dari pada menerima
whatever...apapun yang terjadi hidup harus lebih baik.


“SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1430 H”


(dicuplik dari RESONANSI - Republika /Ahmad Tohari)

23 komentar:

inuel mengatakan...

subhanallah.....
Yu Timah, aku aja ngga sebaik engkau, ngga semualia engkau, semoga menjadi ibadah yang benar-benar diridhoi allah , amin ....!!

albertus goentoer tjahjadi mengatakan...

sebuah inspirasi yang sangat indah mas... semoga saja kita dapat meneladani apa yang dilakukan Yu Timah...

Anonim mengatakan...

hebat n takjub sama ketulusan hati seorang yu timah, moga senantiasa diberkahi Allah SWT..amin...selamat idul adha juga buat semua yg disana :)

sibaho way mengatakan...

wah ini mah menampar muka saya bolak-balik pak...
*kabur sambil menangis malu*

Unknown mengatakan...

@inuel : Amiin nuel...

@albertus goentoer tjahjadi :Amiin mas....

@cabetina : Met Hari raya jg mas..

@Sibaho way : sama mas...nangis jg

-Gek- mengatakan...

Iya.. Bagus banget ceritanya..
dimana mencari hati emas seperti itu ya?
Selamat hari Idul Adha.. :)

ateh75 mengatakan...

Subhanallah ,bergetar rasanya membaca cerita ini ,Yu Timah termasuk orang2 pilihan yang mendapat anugerah keikhlasan yang begitu ,tinggi.Mungkin baru kali ini saya mendengar cerita seperti Yu Timah ,orang yang berhrta banyak pun belum tentu tergugah untuk mengorbankan sedikit hartanya untuk Qurban ,sedangkan yu Timah ..ah..dengan harta yang pas-pasan ,dihabiskan untuk berqurban.Hanya karena Allah dia berharta.

Artikel yang menggugah bang .

anna fardiana mengatakan...

astaghfirullah...saya langsung beristifar...merasa sangat diingatkan dengan kisah Yu Timah ini...

Allahu akbar, subhannallah... saya bergetar dan meneteskan air mata mas...

luar biasa hati Yu Timah, ia mampu berdiri tegak di tengah kemiskinannya, semata untuk Allah..berkorban di Idul Fitri ini...

matur nuwun atas postingan yang bagus ini...

anna fardiana mengatakan...

maaf..salah ketik..idul adha maksud saya...
salam buat Yu Timah...

RanggaGoBloG mengatakan...

wah merinding sayah membaca postingannya... semoga dikemudian hari, tambah banyak orang yang mempunyai keikhlasan seperti yu timah...

PRof mengatakan...

Ketika duniawi tak lagi menjadi priority....
Dan kesadaran bahwa yang ada adalah pemberian
Pemberian Tuhan hanya sebagai titipan

YU Timah, berhasil menyadari.....Kita kapan lagi...???Jadi malu sama diri sendiri....

rosa devga mengatakan...

Subhanallah....rinding neh bacanya.....bener2 layak di contoh tuh Yu Timah. bener2 berhati mulia, semoga dilapangkan segala urusannya. amin

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Selalu ada kisah yang mengharukan disini...

Ucapan yang sama sobat...
mohon maaf lahir batin.

Sohra Rusdi mengatakan...

mudahan-mudahan di Indonesia banyak lahir lahir yu Timah lainnya

Nirmana mengatakan...

yu timah....^spechless^

Etha mengatakan...

cerita nya bagus ...
selamat idul adha ^^

salam kenal ...

Ninda Rahadi mengatakan...

pertama kalinya kesini.. dan langsung... ahh..
ngga bisa ngomong apa-apa..

selamat IDUL QURBAN Mas...

Andie mengatakan...

salut buat yu timah ini mas, inspiratif
:)

arumsekartaji mengatakan...

Itulah Yu Timah yang sesungguhnya apa adanya. Dia begitu saleh sosial kendatipun termasuk orang miskin tapi rela berkurban untuk orang lain.

Unknown mengatakan...

@thank's All Sobat.......

JR mengatakan...

selamat siang...salam kenal....wakh keren buanget blognya

شات مصري,شات بنات mengatakan...

http://www.hmsat1.com/

Anonim mengatakan...

منتديات توب عرب للمبدعين احساس منتديات عامة
افضل المنتديات العربية
منتديات
funny images
funny images

Posting Komentar

Pendapat sobat untuk hidup yang lebih baik lagi [no spam please]

Related Posts with Thumbnails